SAFETY RIDING ?!?
Dikutip dari Kompas, 9 September 2008, Komisaris Herman Ruswandi, Kepala Seksi Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas Polda Metro Jaya, nganggap sekarang tak perlu memproduksi mesin motor dengan RPM tinggi. Soalnya motor yang dipakai kebanyakan sebagai alat transportasi, bukan buat balapan.
Memang jika motor punya jalur khusus bisa saja jalan pelan. Tap, tap, tap, tapi, kalo jalurnya tetap bareng sama kendaraan besar, justru pelan bikin cilaka pak! Misal mau nyalip mobil, kecepatan motor tidak menunjang. Akhirnya ciloko juga yang terjadi.
Pak Herman juga mesti tahu. Kecepatan tidak hanya dilihat dari putaran mesin. Justru yang diperhatikan adalah horse power atau daya kuda. Dihasilkan dari kapasitas silinder yang di Indonesia dibatasi 250 cc. Tenaganya paling besar 30 dk.
Lihat saja motor yang kebanyakan dipakai di Indonesia spek harian terutama bebek hanya 6-9 dk dengan putaran maksimal 11.000 rpm. Di balapan bebek 4-tak tune-up 125 cc putaran mesinnya minimal 13.000 rpm-14.000 rpm. Tenaga yang dihasilkan paling besar 21 dk. Lebih jelas ayo tengok kalau motor di Indonesia sudah memenuhi syarat keselamatan. Semua ini di luar peranti standar keselamatan macam lampu utama, sein kanan-kiri, atau spion.
LIMITER DAN MENAHAN POWER
Silakan yang menganggap putaran mesin motor sekarang tinggi. Kalau enggak ngerti, ya bertanya. Maksudnya biar nggak dibilang asal ngomong. Generasi Honda Karisma, Yamaha Jupiter-Z, Suzuki Smash, dan Kawasaki Blitz putaran mesin dibatasi rata-rata di 8.000 rpm.
Itu dibatasi di pengapian terutama CDI. “Efeknya kecepatan maksimum berkurang. Jadinya, rata-rata bebek nggak sampai 100 km/jam. Berbeda dengan dulu,” ungkap Mohammad Masykur, Manager Model Planning Development R&D Division, PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), Cakung, Jakarta Timur.
Bukan cuma itu yang membatasi performa motor saat ini. Adalah pemberlakuan emisi rendah pun bikin tenaga maksimum dibatasi. Artinya, susah banget kalau bilang motor sekarang membahayakan. “Ini mesti dilihat. Aturan emisi berdampak tenaga yang dihasilkan nggak maksimal,” ungkap Handy Hariko, Deputy General Manager Technical Service, PT Astra Honda Motor (AHM), Sunter, Jakarta.
REM AMAN DAN SEHAT
Dulu kuda besi di bawah 1990-an mayoritas mengandalkan rem teromol. Sudah tiga tahun terakhir ini peranti ciet teromol diganti model cakram hidrolis. Artinya, reflek pengendara akan jauh lebih maksimal karena rem cakram lebih cepat bereaksi mengurangi kecepatan. Juga cengkeraman jadi lebih kuat. Bahkan, material brake pad sudah bergeser dengan mempertimbangkan kesehatan.
Dulu menggunakan kampas asbestos, tapi saat ini sudah ganti non asbestos. Secara teknis kampas non asbestos nggak mudak mengeras seperti asbestos waktu kena guyuran air hujan. Kalau mengeras saat hujan, rem enggak bisa menggigir cakram maksimal. Ya itu deh akhirnya motor nyelonong meski sudah direm.
SIMBOL KECEPATAN
Rata-rata panel instrumen manual alias simbol pengingat masih menggunakan jarum kecepatan motor produksi. Posisinya di bawah garis kecepatan. Dibedakan dari warna. Tentunya ini bisa mengingatkan pengendara kalau putaran mesin sudah mendekati batas maksimum. “Ini teknologi lama yang masih dipakai,” beber Ir. Mohammad Masykur lagi.
DESAIN DAN HANDLING
Tengok desain motor saat ini yang cenderung ergonomis. Dirancang supaya penggunanya mudah mengendalikan motor dan refleks tetap baik. Bagian setang dan jok jadi prioritas utama. “Termasuk juga supaya badan enggak cepat lelah.
Kalau gampang lelah, resiko reflek menurun,” ujar Handy Hariko. Ditambah juga balancer di setang untuk motor sekarang. Kelihatannya sederhana, tapi lumayan vital untuk pengendalian. Balancer meredam efek getar dari mesin ke setang. Seandainya itu dibiarkan, kemampuan pengemudi mengendalikan motor akan terganggu.
SEDERHANA SEBELUM MABUR
Sebelum motor mabur pun, pabrikan sudah menyiapkan teknologi pengaman. Kayak di Honda Vario ada standar samping yang berfungsi sebagai pengaman. Motor enggak bakalan nyala sebelum standar samping ditekuk ke atas. Kecelakaan ringan bisa terjadi karena standar samping masih tetap tegak ke bawah. Enggak sadar pas motor nikung standar menyentuh aspal, gedubrak deh